Hikmah di Balik Corona
SEJAK merebaknya Virus Corona di Wuhan, Cina, pada 8 Desember 2019 lalu, hingga akhirnya menyebar hingga ke 76 negara di dunia, dipastikan sebanyak 90.426 orang telah terinfeksi virus tersebut, sementara 3.116 orang meninggal dunia.

Oleh: Hana Annisa Afriliani, S.S Penulis Buku dan Aktivis Dakwah hauro.aljannah@gmail.com
Dan pada 1 Maret lalu, presiden Jokowi mengumumkan bahwa 2 orang warga negara Indonesia positif Corona. Dua orang warga Depok tersebut diumumkan telah dirawat di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara. Keduanya dikabarkan terjangkit corona usai bertemu dengan warga negara Jepang.
Rakyat pun panik, tak ingin wabah corona menjangkitinya tentu saja. Maka sejak itu, rakyat Indonesia ramai-ramai memborong masker, bahkan ada oknum yang sengaja menimbunnya untuk menjualnya kembali dengan harga yang tak masuk akal. Akibatnya masyarakat kesulitan mendapatkan masker.
Tak hanya masker, rempah-rempah seperti kunyit, jahe, temulawak pun mendadak laris manis di pasaran. Katanya ramuan tersebut mampu menangkal corona. Padahal bukan menangkal, tapi lebih kepada penjagaan imunitas tubuh saja. Hand sanitaizer pun ikutan menjadi barang yang paling diburu. Akhirnya harga benda-benda tadi naik drastis di pasaran.
Ada hal menarik yang bisa kita petik, yakni hikmah di balik corona. Banyak orang yang akhirnya lebih aware terhadap kesehatan dan kebersihan. Yang semula malas cuci tangan dan mandi, sekarang mungkin akan lebih rajin melakukannya. Takut terkena virus corona. Yang tadinya tak peduli asupan makanan yang masuk, kini lebih peduli bahkan ramai-ramai mengonsumsi herbal.
Beginilah cara Allah ‘bekerja’ mengembalikan manusia kepada fitrahnya. Sebenarnya tanpa adanya virus corona pun semestinya manusia menyadari bahwa kebersihan dan kesehatan layak menjadi perhatian. Tak hanya demi maslahat atas diri kita, tapi begitulah perintah syariat.
Rasulullah SAW bersabda: “Bersihkanlah segala sesuatu semampu kamu. Sesungguhnya Allah ta’ala membangun Islam ini atas dasar kebersihan dan tidak akan masuk surga kecuali setiap yang bersih.” (HR Ath-Thabrani).
Dengan corona kita juga diingatkan untuk senantiasa mengonsumsi makanan yang halal dan toyib. Karena sejatinya awal mula kemunculan virus tersebut adalah dari hewan liar yang dikonsumsi. Sementara dalam Islam persoalan makan pun ada aturannya.
Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman makanlah di antara rizki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu.” (QS.Al Baqarah : 172).
Hakikatnya segala penyakit datang dari Allah, maka berpasrahlah kepada Allah. Yakni dengan tetap melakukan ikhtiar yang kita mampu untuk mencegah dari penyakit tersebut. Eratkan pemahaman kita tentang qodho qodar. Bahwa segala sesuatu tidak akan mungkin terjadi tanpa seizinnya. Maka, sikap terbaik adalah pasrah dengan tetap berikhtiar mencegahnya. Adapun pencegahan terbaik adalah dengan kembali kepada syariat Islam. Karena di dalam syariat pasti ada maslahat, pun kita akan mendapat ridhoNya sebab dalam tunduk pada syariatNya.
Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan penawarnya.” (HR Bukhari).